Berita Tanah Air

Pakar Peluang Usaha Pariwisata UGM Dorong pemerintahan Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual

20
×

Pakar Peluang Usaha Pariwisata UGM Dorong pemerintahan Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual

Sebarkan artikel ini
Pakar Kesempatan Usaha Peluang Usaha Pariwisata UGM Dorong pemerintahan Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual

JAKARTA – Konflik antara pemangku adat atau juru kunci ke destinasi spiritual milik komunitas dengan para pengunjung atau wisatawan telah lama menjadi fenomena umum di dalam Negara Indonesia seiring maraknya wisata tradisi atau wisata spiritual. Karenanya, pemerintah diminta memberi perhatian untuk para pemangku adat atau juru kunci destinasi-destinasi wisata ‘non man made’ atau destinasi spiritual tersebut.

Pandangan ini disampaikan Guru Besar Wisata UGM, Baiquni menanggapi konflik antara turis India dan juga pemangku adat pada Pura Tirta Empul, Bali yang dimaksud viral. Turis yang disebutkan bersikeras berdoa dalam area terlarang dengan mengabaikan larangan adat.

Baiquni menyarankan pemerintah memberi perhatian pada para pemangku adat yang tersebut ia sebut sebagai ‘The Masters’ itu. The Masters memegang pengetahuan, tradisi setempat, yang mana musti dihargai sebagaimana akademisi dihargai di dalam kampus.

“Dunia punya Standar Etika Kepariwisataan Bumi itu sekadar mampu disosialisasikan ke para ‘The Masters.’ Mustinya ada pertarungan rutin antara pemerintah serta para pemangku adat itu untuk meningkatkan pelayanannya, selain tentu hanya wisatawannya juga dididik,” kata Baiquni di keterangannya dikutip, Hari Jumat (17/5/2024).

Pemerintah atau bumi bisnis sanggup membantu para juru kunci untuk memasang tanda do and don’t di dalam tempat-tempat destinasi spiritual tersebut. Termasuk membantu sosialisasi untuk para wisatawan teristimewa kalau dalam Bali, tentu saja, wisatawan asing.

Baiquni menyatakan mengenai value keberlanjutan lingkungan, penghargaan terhadap adat istiadat serta “The Masters” atau pemangku adat atau juru kunci, pada setiap destinasi Cultural Heritage. Sehingga, menurutnya, isu mengenai pengelolaan yang mana tambahan profesional seperti yang dimaksud tertuang di Panduan Global Kode Etik Kepariwisataan dapat diimplementasi di lapangan.

“Bagaimana kita sebagai host, juru kunci harus bagaimana, wisawatan yang beda kultur harus bagaimana. Kalau ada konflik harus bagaimana, itu semua saya kira memang benar wajib untuk dikelola serta dimajamen dengan baik juga profesional. Hal ini penting akibat sesungguhnya destinasi-destinasi yang dimaksud kecil-kecil itu kan memang benar peran utamanya ada pada ‘The Masters’ nya,” papar Baiquni.

Sebelumnya, aktivis sosial Bali, Ni Luh Jelantik me-repost unggahan akun Instagram Jeg Bali terkait konflik antara turis India lalu pemangku adat ke Pura Tirta Empul, Bali. Dalam penjelasan repost-nya, Ni Luh berharap pemerintah meningkatkan kekuatan desa adat.

“Perkuat desa adat. Lindungi pemangku agar kekal mampu menyimpan taksu Bali. Buat bapak India, terimakasih telah terjadi support Bali. Mohon taati aturan di masing-masing desa. Matur suksma.’

Kasus sama terjadi dalam Makam Raja-raja Kraton Jogja juga Solo ke Imogiri, ke mana guide wisata mengeluhkan tarif yang dianggap tiada wajar.

Artikel ini disadur dari Pakar Pariwisata UGM Dorong Pemerintah Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual