Berita Tanah Air

Progresivitas Negeri Sakura Membendung China dalam LCS

20
×

Progresivitas Negeri Sakura Membendung China dalam LCS

Sebarkan artikel ini
Progresivitas Negeri Sakura Membendung China di LCS

DINAMIKA urusan politik dalam fora konflik Laut China Selatan (LCS) menunjukkan progresivitasnya. Adalah Negeri Sakura tetiba merangkul Filipina untuk membentuk pakta pertahanan. Apapun argumentasinya, tak dapat dimungkiri aliansi ini menarget China sebagai musuh bersama. Keberadaan pakta pertahanan ini membuka ruang lebar bagi Negeri Sakura mengerahkan pasukan untuk melakukan latihan sama-sama dalam negara Asia Tenggara yang pernah di dalam bawah pendudukannya pada Perang Planet II lalu.

baca juga: Mengulik Sejarah Konflik Laut China Selatan yang Panas

Sebaliknya, Filipina mendapat akses timbal balik untuk mengirim pasukannya ke Jepun untuk kepentingan sama. Dikutip kantor berita AP, kesepakatan bersejarah ini diteken Menteri Luar Negeri Jepun Yoko Kamikawa kemudian Menteri Defense Filipina Gilberto Teodoro pada Manila. Perjanjian yang disaksikan Presiden Ferdinand Marcos Jr. baru akan berlaku setelahnya diratifikasi lembaga legislatif tiap-tiap negara.

Dengan adanya pakta pertahanan itu pula, latihan sama-sama yang tersebut akan dilakukan diperbolehkan menggunakan peluru tajam. Langkah Negeri Matahari Terbit merangkul Filipina merupakan kali pertama direalisasikan Negeri Matahari Terbit yang dimaksud dengan negara di dalam Kontinen Asia. Sebelumnya Negeri Sakura telah lama mengesahkan perjanjian sama dengan Australia (2022) dan juga dengan Inggris (2023).

Latihan sama-sama untuk tujuan terbentuknya pakta pertahanan tentu sebatas bungkus formalitas. Kebijakan Negeri Matahari Terbit memulai pembangunan persekutuan jelas mengindikasikan progresivitas Negeri Sakura pada bawah kepemimpinan Utama Menteri (PM) Fumio Kishida merespons agresivitas China ke LCS. Kishida bahkan telah lama menegaskan akan mengambil langkah apapun demi meningkatkan keamanan kemudian kekuatan pertahanan, satu di antaranya kemampuan serangan balik.

Padahal, langkah ini melanggar prinsip pasca-kekalahan pada pertempuran PD II yang digunakan semata-mata berfokus pada pertahanan diri. Agresivitas Jepun juga ditunjukkan melonjaknya belanja militer mereka itu di periode lima tahun hingga 2027. Belanja militer yang dianggarkan menjadikan negeri yang dimaksud sebagai negara pembelanja militer terbesar ketiga di dalam planet pasca Amerika Serikat kemudian China.

Baik Jepun maupun Filipina diikat nasib sama, berselisih wilayah dengan Tiongkok. Dengan Jepang, China berebut Kepulauan Senkaku. Walaupun tak berpenghuni, kepulauan disebut kaya akan sumber daya alam. Konflik kedua negara juga turunan dari kebijakan imperialias Negeri Sakura untuk menguasai China secara politis maupun militer untuk menyimpan cadangan komponen baku lalu sumber daya alam yang digunakan dimiliki Negeri Tirai Bambu tersebut.

Di LCS, Negeri Samurai merupakan bagian negara-negara yang digunakan tak mengakui klaim sepihak China kemudian menggerakkan adanya kebebasan navigasi. Apa pasal? Secara geopolitik LCS sangatlah penting. Pada 2022, Asosiasi Advokat Kebijakan Publik Terakreditasi untuk Uni Eropa memaparkan sekitar 42% perdagangan maritim Jepun melintasi LCS setiap tahun. Kerentanan kian besar dikarenakan Negeri Sakura sebagai negara importer gas alam cair dunia, khususnya ke kawasan Teluk Persia serta harus menyeberangi LCS.

baca juga: Potensial Konflik di Laut China Selatan antara RRC, Amerika Serikat, lalu ASEAN

Sedangkan konflik China versus Filipina sebelas duabelas dialami sebagian besar negara-negara ke kawasan ASEAN terkait klaim China di dalam sebagian besar wilayah LCS, yang tersebut ditandai dengan adanya sebagai sembilan garis putus-putus atau nine dash line. Khusus dengan Filipina, China berebut sebuah pulau karang yang mana ditandai keberadaan kapal berkarat Sierra Madre milik Filipina. China menyampaikan pulau itu sebagai Karang Ren-ai, sedang Pinoy menyebutnya sebagai Second Thomas Shoal atau Ayungin Shoal.

Walaupun belum sempat pecah perang, rebutan Second Thomas Shoal kerap diwarnai insinden antara kedua pasukan. Terakhir terbentuk pada medio Juni lalu, dalam mana kapal kedua negara bertabrakan. Kepala AFP Jenderal Romeo Brawner Jr mengumumkan tindakan pasukan China tiada beda dengan perompak. Disebut bahwa Coastguard China mengambil senapan yang dibongkar, alat navigasi, hingga barang-barang pribadi awak kapal. Sedangkan China menuding kapal Filiina secara ilegal menerjang laut dekat Second Thomas Shoal ke LCS kemudian mengabaikan peringatan serius dari mereka.

Dinamika urusan politik luar negeri Negeri Matahari Terbit merangkul Filipina vis a vis China tentu memuat kepentingan strategis di dalamnya. Kira-kira, gol apa yang mana ingin dicapai dengan langkah kudanya tersebut? Selanjutnya, strategi seperti apa yang mana dilaksanakan Jepun untuk mewujudkan tujuan tersebut?

Mengimbangi Kekuatan China

Dalam konteks kajian hubungan internasional, langkah Negeri Sakura membentuk pakta pertahanan dengan Filipina bisa saja dilihat dari perspektif balance of power atau keseimbangan kekuatan. Balance of power dikerjakan sebagai upaya menyeimbangkan kekuatan dan juga kekuasaan untuk mengurangi salah satu negara menjadi paling kuat atau dominan bagi negara lain,

Berdasar banyak referensi, teori ini mempunyai asumsi bahwa ketika sebuah negara yang tersebut dominan meningkatkan kekuatan dia secara lebih lanjut agresif, maka negara-negara kecil lainnya merasa terancam lalu mulai beraliansi atau bekerja serupa dengan negara-negara besar untuk menyimpan keamanan negara dia dari negara yang mana dominan.

Melalui balance of power, negara (dominan) bukan dapat memaksakan kehendaknya kemudian mengganggu kepentingan negara lain. Terwujudnya keseimbangan kekuasaan diharapkan bisa saja menciptakan keteraturan pada bangunan internasional. Adapun langkah balance of power, bisa saja diwujudkan negara itu secara sendirian atau bekerja serupa atau beraliansi dengan negara lain untuk meningkatkan kekuatan.

Di antara pakar hubungan internasional yang mana mengkaji balance of power adalah Hans J Morgenthau. Dalam Politicis Among Nations, ia menjelaskan keseimbangan kekuasaan lalu kebijakan-kebijakan yang digunakan bertujuan untuk melestarikannya tidak ada cuma tidaklah bisa jadi dihindari, namun juga merupakan komponen stabilisasi penting di masyarakat negara-negara berdaulat. Namun pada praktiknya, Morgenthau mengakui negara-negara yang dimaksud secara terlibat terlibat di perebutan kekuasaan tidaklah bertujuan pada keseimbangan, yaitu kesetaraan kekuasaan, namun pada superioritas kekuasaan demi kepentingan mereka sendiri.

baca juga: Konflik Laut China Selatan Memanas, Kapal China lalu Filipina Bertabrakan

Selain itu, kekuatan relatif suatu negara sulit dihitung dikarenakan elemen-elemen penting dari kekuatan nasional sulit dipahami lalu banyak berubah. Akibatnya, bukan ada negara yang digunakan dapat memprediksi seberapa besar kesalahan perhitungan yang tersebut akan terjadi, sehingga semua negara pada akhirnya harus menghimpun kekuatan maksimum yang dimaksud dapat diperoleh pada situasi tersebut. Hanya dengan cara ini mereka dapat berharap mencapai batas keamanan maksimum sepadan dengan kesalahan maksimum yang tersebut mungkin saja mereka itu lakukan.

Pemahaman simpel lain juga disampaikan britannica.com. Dijelaskan, balance of power pada hubungan internasional adalah postur juga kebijakan suatu negara atau sekelompok negara untuk melindungi dirinya dari negara atau kelompok negara lain dengan cara mencocokkan kekuatannya dengan kekuatan pihak lain. Negara dapat menerapkan kebijakan balance of power dengan dua cara, yakni meningkatkan kekuatan seperti di mana terlibat perlombaan persenjataan (arm race) atau perolehan wilayah secara kompetitif. Kemudian, menambah kekuatan mereka itu pada kekuatan negara lain, seperti aliansi.

Langkah Negeri Matahari Terbit merancang pakta pertahanan dengan negeri yang tersebut berjuluk pearl of the orient seas itu relevan dengan persepektif balance of power. Baik Negeri Sakura maupun Filipina sama-sama berkepentingan menyeimbangkan kekuatan untuk menjaga dari dominasi China dalam LCS. Pilihan ini realistis mengingatkan begitu besarnya kekuatan militer China.

Berdasar Global Firepower 2024, negeri pada Daratan Kuning itu menempati peringkat terkuat ketiga dalam dunia. China mempunyai national power sempurna, mulai dari ketersediaan sumber daya manusia sangat besar, perekonomian sangat kuat, hingga kemandirian alutsista untuk semua matra.

Secara militer, negara yang tersebut dipimpin Presiden Xi Jinping itu miliki tentara banyaknya 3.170.000 personel, 1.200 lebih banyak pesawat tempur, 371 pesawat serang, 281 helikopter serbu; 5000 tank dan juga 3.850 self-propelled artillery, 3.180 MLRS; dan juga mempunyai 2 kapal induk, 3 LHD, 61 kapal selam 49 destroyer, 42 fregat serta aneka kapal konflik lainnya. Jumlah ini bukan sebanding dengan kekuatan Jepun yang digunakan berada di dalam peringkat 7 lalu Filipina yang bertengger di peringkat 34.

baca juga: China Terus Tambah Kapal Monster pada Laut China Selatan

Artikel ini disadur dari Progresivitas Jepang Membendung China di LCS